Kamis, 10 Juli 2014

UNTITLED



Ketika wanita menangis,
Itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan
senjata terampuhnya,
Melainkan justru berarti dia sedang mengeluarkan
senjata terakhirnya.

Ketika wanita menangis,
Itu bukan berarti dia tidak berusaha menahannya,
Melainkan karena pertahanannya
sudah tak mampu lagi membendung air matanya.

Ketika wanita menangis,
Itu bukan karena dia ingin terlihat lemah,
melainkan karena dia sudah tidak sanggup
berpura-pura kuat.

Mungkin puisi ini menggambarkan diri gue.

Yaaa, ketika gue sedang menghadapi masalah dan nggak tau lagi harus cerita ke siapa … yang bisa gue lakuin ya cuma nangis. Iya nangis, nangis karena hati ini rasanya sakiit bangeet!! Sakit ketika harus nyimpen masalah yang pengen gue ceritain ke orang lain buat ngurangin bebannya, tapi di satu sisi gue takut suatu saat manusia (baca: temen) nggak bisa di jaga omongannya. 

Yaa alhasil, gue cuma bisa mendem ini semua di hati gue. Yaa kalo udah gak tahan pasti ujung ujungnya nangis, padahal udah ditahan-tahan jangan samapai air mata ini keluar. Tapi apa daya air mata ini terlalu bandel dan mengerti apa yang gue rasain selama ini. Air mata ini juga terlalu paham apa yang gue rasain, sedangkan orang-orang di sekitar gue? haha mereka terlalu sibuk dengan urusannya masing masing. Sampe-sampe nggak tau apa yang dirasakan anaknya sendiri.

Yang ada disaat gue sedih dan menangis emang cuma Allah Swt.

Iya Allah emang selalu ada buat hambanya yang selalu ingin berkeluh kesah untuk mengurangi bebannya :’)  Dan gue juga tetep bersyukur setelah berkeluh kesah kepada Sang Maha Kuasa disertai air mata yang jatuh ke pipi tiada henti, gue merasa sedikit lega. Lega, karena telah mencurahkan segala yang gue rasain ke Maha Pencipta tanpa harus takut orang lain tau bahkan menyebarkannya. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar