Ketika wanita menangis,
Itu bukan berarti dia sedang
mengeluarkan
senjata terampuhnya,
Melainkan justru berarti dia sedang
mengeluarkan
senjata terakhirnya.
Ketika wanita menangis,
Itu bukan berarti dia tidak berusaha
menahannya,
Melainkan karena pertahanannya
sudah tak mampu lagi membendung air
matanya.
Ketika wanita menangis,
Itu bukan karena dia ingin terlihat
lemah,
melainkan karena dia sudah tidak
sanggup
berpura-pura kuat.
Mungkin
puisi ini menggambarkan diri gue.
Yaaa,
ketika gue sedang menghadapi masalah dan nggak tau lagi harus cerita ke siapa …
yang bisa gue lakuin ya cuma nangis. Iya nangis, nangis karena hati ini rasanya
sakiit bangeet!! Sakit ketika harus nyimpen masalah yang pengen gue ceritain ke
orang lain buat ngurangin bebannya, tapi di satu sisi gue takut suatu saat
manusia (baca: temen) nggak bisa di jaga omongannya.
Yaa
alhasil, gue cuma bisa mendem ini semua di hati gue. Yaa kalo udah gak tahan
pasti ujung ujungnya nangis, padahal udah ditahan-tahan jangan samapai air mata
ini keluar. Tapi apa daya air mata ini terlalu bandel dan mengerti apa yang gue
rasain selama ini. Air mata ini juga terlalu paham apa yang gue rasain,
sedangkan orang-orang di sekitar gue? haha mereka terlalu sibuk dengan
urusannya masing masing. Sampe-sampe nggak tau apa yang dirasakan anaknya
sendiri.
Yang
ada disaat gue sedih dan menangis emang cuma Allah Swt.
Iya
Allah emang selalu ada buat hambanya yang selalu ingin berkeluh kesah untuk
mengurangi bebannya :’) Dan gue juga
tetep bersyukur setelah berkeluh kesah kepada Sang Maha Kuasa disertai air mata
yang jatuh ke pipi tiada henti, gue merasa sedikit lega. Lega, karena telah
mencurahkan segala yang gue rasain ke Maha Pencipta tanpa harus takut orang
lain tau bahkan menyebarkannya. J